Sabtu, 28 Februari 2009

Dunia Bukan Tempatku

Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada dunia ini. Apa yang terjadi pada diriku. Aku rasa aku pantas marah kepada dunia, dunia yang sama sekali tidak memberi kesempatan padaku untuk bahagia. Aku tidak marah pada Tuhan, yang katanya cuma Dia, yang menentukan garis kehidupan kita. Dia yang mempunyai hak utuh takdir kita. Aku tidak menyalahkan Tuhan tentu saja. Aku cuma kecewa..kecewa karena Dia tidak pernah mendengarkan doa-doa yang aku panjatkan tiap hari, 5 kali dalam sehari. Tapi aku tidak apa-apa, tentu saja. I’m fine..I know I'm gonna be fine...

Aku tahu aku tak pantas marah pada nasib. Faktanya bahwa aku cacat, sejak lahir, ibuku membenciku karena aku cacat, aku membuat malu keluarga katanya. Padahal kalau dipikir-pikir, apa salahku? Sejak kecil aku diperlakukan berbeda dengan adik dan kakakku. Sungguh, aku tidak suka dikasihani. Aku lebih baik dihina daripada dikasihani.

Lepas sekolah dasar, masuk SMP, aku tak juga mengeluh pada dunia. Walaupun hampir semua anak memandangiku dengan aneh, seakan aku mahluk planet lain yang tiba-tiba hadir di sekolah mereka. SMA tak jauh berbeda, hanya saja saat SMA, aku mempunyai sahabat, Anti namanya. Dia tidak pernah memandangku aneh, kami berteman dengan baik sampai masuk kelas 3 SMA dan aku tahu apa yang selama ini aku sangka ternyata salah. Anti mengkhianatiku, Ia menikamku dari belakang. Aku kecewa, bagaimana tidak, cowok yang selama ini dekat denganku, ternyata hanya mendekatiku untuk mendekati Anti, dan Anti menerima cowok itu. Menerima cowok yang telah menyakiti hati sahabatnya. Sahabat macam apa itu..? Dan Andre, si cowok brengsek itu, sebaiknya dia pergi ke neraka saja. Sekali lagi aku tidak punya siapa-siapa. Aku tidak percaya semua orang. Kalaupun ada yang baik, entah kenapa mungkin karena aku biasa dihina dan dicaci, aku tahu mana orang yang tulus dan tidak. Feelingku terasah dengan baik.

Lepas SMA, aku kuliah di Universitas yang aku idam-idamkan sejak lama, lulus dengan nilai baik dan akhirnya wisuda. Wisudaku tidak kudatangi, untuk apa, aku tidak punya pendamping untuk dipamerkan, tidak juga Ayah atau Ibu yang bangga kepadaku, tidak pula sanak saudara lainnya. Jadi untuk apa aku datang kalau Cuma untuk formalitas semata.

Kali ini aku sudah bekerja, sebagai akuntan di suatu perusahaan swasta. Saat bekerja pun tak habis-habisnya orang jahat kepadaku. Antar karyawan saling sikut-sikutan, berebut posisi yang tinggi, berlomba-lomba menjilat atasan, menghalalkan segala cara agar dipandang. Semua itu membuatku jijik. Aku rasa ada yang aneh pada dunia ini, aku rasa…dunia bukan tempatku lagi. Buktinya sudah 25 tahun aku hidup, aku tidak pernah merasakan kebahagiaan sedikitpun.

Sampai detik ini pun, aku tidak mengerti apa artinya hidup, untuk apa aku hidup di dunia dan untuk siapa aku hidup. Aku tidak menemukan ketiga jawabannya sampai saat ini. Hey, jangan kira aku tidak pernah mencari jawaban itu, aku selalu mencari jawaban itu, tapi apa yang aku dapat? Nihil..Orang-orang bilang aku terlalu idealis, terlalu berpikiran negatif dan tidak menghargai hidup. Tahu apa mereka itu, hidup mereka menyenangkan, mana ada hidup yang seperti aku jalani. Ngomong memang mudah, tapi mereka tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan. Jadi Shut up!

Baru kali ini aku saksikan, mereka menangis. Ibu dan Ayah, kakak dan adikku, saudara-saudaraku dan teman-temanku. Untuk apa mereka menangis. Apa mereka menyesal telah melakukan kesalahan padaku ? Persetan! Mereka cuma acting, mereka tidak ada peduli padaku, tak satupun. Jadi untuk apa mereka ada di sini, meratapi jasadku yang sudah kaku..yang sebentar lagi akan pelan-pelan dimakan oleh cacing-cacing tanah. Kembali ke tanah, begitu katanya. Hhhh..Aku bingung pada polisi-polisi itu, untuk apa mereka begitu repot mengurusi kematianku, sungguh sangat kurang kerjaan. Bukankah mereka punya segudang tugas untuk menangkap para koruptor negeri ini, penjahat atau apapun selain aku. Aku tidak cukup penting untuk disediki. Percuma juga mereka menanyai teman-temanku, saudara-saudaraku tentang apakah belakangan ini tingkahku aneh, apakah ada orang mencurigakan yang kira-kira terkait dengan bunuh diriku. HELL! Mereka semua tidak kenal aku, mana mereka tahu apa yang kurasakan.

Polisi juga tidak menemukan surat wasiatku, menurut mereka, kalau aku bunuh diri, aku pasti menuliskan sesuatu. Mereka tidak menemukannya. Hahahaha.. Aku tertawa, tentu saja aku tidak menuliskannya di kertas. Masih jaman apa nulis di kertas..ya ampuuun..mereka sungguh gaptek. Mereka semua tidak kenal aku, karena itu mereka tidak dapat membantu polisi untuk menemukan jawaban atas misteri kematianku ini. Andai mereka kenal aku, mereka pasti akan menjawab bahwa aku selalu menulis semua hal yang terjadi pada hidupku di blog pribadiku. Dan andai mereka kenal aku, mereka pasti akan menjawab, bahwa aku bunuh diri dengan menyilet nadi pada lenganku itu karena kesalahan orang-orang terdekatku. Polisi tidak perlu mencari-cari tersangka pembunuh kematianku, tahan saja mereka itu! Mereka yang sekarang baru mengaku orang tuaku, kakakku, adikku, saudaraku, teman-temanku itu. Merekalah pembunuhku sebenarnya, membunuhku secara tidak langsung. Sekarang sudah terlambat, aku sudah menemukan jawabannya, jawabannya adalah “Tempatku bukan di dunia”. Yah. Memang ironis, tapi begitulah jalan yang aku ambil, jalan yang terbaik menurutku, aku memilih jalan keluar hidupku dengan mengakhirinya, meninggalkan semuanya yang menyebalkan di dunia, dan memulai hidup baru di akhirat.

Gema posting from mahasiswa

4 komentar:

Anonim mengatakan...

i'm speechless..

Anonim mengatakan...

dunia itu ladang akhirat kata orang bijak

Anonim mengatakan...

serem banget ceritanya.
takuuuuuuuuuutttt.

Unknown mengatakan...

memulai hidup baru dineraka

Posting Komentar